Kelahiran dari Dalam Laut Setelah letusan hebat Krakatau tahun 1883 yang menyisakan kaldera (kawah raksasa) di bawah permukaan laut, perairan di sekitarnya menjadi tenang. Namun, aktivitas di bawah sana tidak pernah berhenti. Sekitar 40 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1927, tanda-tanda kehidupan baru mulai terlihat. Nelayan dan peneliti melaporkan adanya letusan-letusan kecil di tengah perairan. Letusan ini bukan dari puncak gunung, melainkan langsung dari dasar laut. Material vulkanik, seperti abu dan batuan, mulai menumpuk sedikit demi sedikit. Awalnya, tumpukan material ini tidak stabil. Setiap kali muncul ke permukaan, ombak besar di Selat Sunda langsung menghancurkannya. Namun, alam punya tekad yang kuat. Proses ini terjadi berulang kali, dengan setiap letusan baru menambah tumpukan material. Hingga akhirnya, pada 11 Agustus 1930, sebuah pulau kecil muncul dan berhasil bertahan dari terjangan ombak. Pulau inilah yang kemudian diberi nama Anak Krakatau.
Sejak kelahirannya, Anak Krakatau tidak pernah berhenti tumbuh. Ia adalah gunung berapi yang sangat aktif. Erupsi-erupsi kecil yang sering terjadi terus membangun tubuhnya. Setiap letusan mengeluarkan lava dan abu yang mendingin dan mengeras, menambah tinggi serta lebar gunung ini. Anak Krakatau tercatat tumbuh sekitar 4-6 meter setiap tahunnya. Puncaknya, gunung ini pernah mencapai ketinggian 338 meter di atas permukaan laut. Pertumbuhannya begitu pesat, seperti anak kecil yang sedang beranjak dewasa. Namun, seperti halnya kehidupan, Anak Krakatau juga mengalami pasang surut. Pada tahun 2018, sebuah erupsi besar menyebabkan sebagian besar tubuhnya runtuh ke laut. Runtuhan ini memicu tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung. Kejadian itu mengurangi tinggi Anak Krakatau secara drastis, dari 338 meter menjadi hanya sekitar 110 meter. Saat ini, Anak Krakatau terus menunjukkan aktivitasnya. Meskipun lebih rendah dari sebelumnya, ia sedang dalam proses membangun kembali dirinya sendiri, seolah-olah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia takkan pernah menyerah. Kisah Anak Krakatau adalah pengingat bahwa alam adalah kekuatan yang tak terduga. Dari kehancuran, ia bisa menciptakan kehidupan baru yang terus beradaptasi dan berkembang.
Anak gunung krakatau merupakan kawasan konservasi cagar alam yang dilindungi dan dilarang di daki karena banyak pertimbangan seperti berbahaya untuk di daki karena status gunung api yang sangat aktif aktifitasnya bisa terjadi kapan saja seperti letusan mendadak, gas beracun, longsoran dan kestabilan tanah