Penomena hukum yang menggemparkan seluruh sosial media yang melibatkan lima pemain Judi Online di tangkap polisi karena merugikan bandar, kelima orang tersebut di ringkus oleh Polda Daerah Istimewah Yogyakarta. Mereka di tangkap karena bermain judol yang mengakali sistem hingga membuat tekor bandar judol. Di ungkap modusnya adalah ternak akun total ada 40 akun yang mereka kelola karena sistem judol biasanya akan memberi kemenangan awal untuk menarik pemain baru kelima orang tersebut memanfaatkan itu untuk menang di awal lalu di tarik uangnya dan setelah itu bikin akun baru lagi begitu seterusnya, pola ini mereka lakukan setahun terakhir.
Namun kasus ini bikin bingung khususnya warga net, jadi siapa yang melapor? sementara jelas di Indonesia perjudian adalah perbuatan ilegal yang di larang keras, dan muncul stetment dari masyarakat bukannya menagkap bandar malah menerima laporan bandar dan menangkap pemain judol yang di anggap merugikan dan kelima pelaku di jerat dengan pasal berlapis dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara dan dengan denda maksimal 10 miliar rupiah.
Secara hukum polisi memang menjalankan mandatnya menyidak setiap aktivitas judi online, namun secara moral yang merugikan adalah bandrnya yang jelas lebih berbahaya dan sangat merugikan banyak orang, pengakuan dari polisi laporan adalah dari masyarakat secara logika berfikir masyarakat tidak akan pernah mengetahui sampai kedalam sistemnya, selain bandar maupun pemain.
Lantas ada apa dengan penegakan hukum? dan lagi lagi masyarakat di pertontonkan sajian yang akan menggiring pemikiran bahwa hukum di Negeri ini tebang pilih dan pasal dapat di permainkan sesuai dengan hastag yang sedang ramai di sosial media bunyi dari sila kelima adalah : Keadilan Sosial Bagi Seluru Rakyat Indonesia (yang memiliki uang) sungguh miris semoga kasus ini menjadi evaluasi untuk semua penegak ke adilan maupun penegak hukum.
