Begitu lulus SMA, dia langsung mencari kerja untuk memenuhi semua kebutuhannya, dan memutuskan daftar kuliah karena cita-citanya. Ia sangat gigih untuk mimpi nya semangatnya selalu membara. Walau banyak tekanan seperti perselisihan keluarga, suara yang bising, tapi tetap dia tetap bertahan dan semangat dalam menuntut ilmu.
Tapi hidup, seperti biasa, nggak pernah kasih jalan mulus.
S(caps)emester enam, badai menghantamnya, badai nya sangat besar sampai di titik ketidak mampuan. Tabungan habis buat menyelesaikan permasalahan. Kuliah pun terpaksa ditunda. Aira pulang ke rumah. Nggak ada yang nyalahin dia tapi di dalam hati, dia ngerasa gagal. Ngerasa semua usahanya sia-sia.
Perlahan hidupnya mulai membaik Allah diam- diam ngasih banyak kejutan untuk hidupnya. Dan satu hari di bulan Juli, dia kembali ke kampus. Wajahnya asing buat banyak dosen. Tapi semangat di matanya masih sama: membara.
Dia mulai dari awal. Teman-temannya sudah wisuda. Tapi Aira nggak peduli. Dia belajar sendiri, walau hujan badai akan tetap ia tempuh untuk ke kampus, untuk nilai terbaik, dan untuk mengejar semua ketertinggalan sampai di tahap menuju ke skipsi "Ya sudah di depan mata" ngerjain revisi tengah malam sambil ngantuk, nangis, dan tetap ngetik.
Ps : ketika kamu ditahap merasa hidupmu gagal, percayalah satu hal jika itu milik mu dan baik untukmu semua akan menemukan jalan kembali padamu