Ya Allah Tolong Lapangkan Hatiku

Dey Puspa
By -
0

Di sebuah kamar kecil yang pengap, hiduplah seorang perempuan bernama Lisda. Hidupnya sederhana, tapi belakangan ini hatinya selalu gelisah. Ia mudah marah, sering menangis tanpa sebab, dan merasa dunia seakan menghimpitnya dari segala arah. Padahal, tak ada yang berubah secara drastis dalam hidupnya kecuali hatinya.

Suatu hari, Lisda pergi ke sebuah gedung tua di pinggir hutan, tempat orang-orang biasanya mencari ketenangan. Di sana, ia bertemu seorang nenek tua yang dikenal bijak, bernama Ibu Salmah.

“Bu, kenapa ya... hati saya selalu sesak. Seperti penuh beban yang tak kelihatan,” tanya Lisda sambil menunduk.

Ibu Salmah tersenyum lembut. “Karena kamu belum membiarkan hatimu istirahat, nak.”

“Gimana caranya biar hati ini tenang?” Lisda bertanya lirih.

Ibu Salmah menatap langit, lalu berkata pelan, “Tenangnya hati bukan datang dari sepi, tapi dari penerimaan. Kalau kamu masih menggenggam amarah, kecewa, atau hal-hal yang sudah seharusnya kamu lepas, maka hatimu akan terus berat. Tapi kalau kamu bisa bilang, ‘Ya Allah, saya ikhlas. Saya pasrah. Saya percaya sama rencana-Mu’ Maka hatimu pelan-pelan akan tenang.”

 

Lisda terdiam. Ia sadar, selama ini ia terlalu sibuk memikirkan apa yang hilang, apa yang tidak berjalan sesuai harapan, siapa yang menyakitinya. Tapi ia lupa... bahwa ada Allah yang selalu menunggu untuk menenangkan hatinya, jika saja ia mau datang dan berserah. Hari itu, Lisda pulang sambil tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya dalam waktu lama, ia berani berkata dalam hati:

"Ya Allah, aku tidak kuat sendiri. Tapi aku tahu, Engkau selalu kuat untuk menopang aku. Lapangkanlah hatiku. Jadikan aku tenang meski dunia tidak berpihak."

Dan begitulah. Hari demi hari, Lisda mulai belajar melepaskan, menerima, dan percaya. Hatinya tidak langsung sembuh. Tapi ia tahu, ketenangan itu bukan tidak adanya masalah melainkan hadirnya Allah di tengah semua luka.

Pesan singkat : Ketenangan hati bukanlah hadiah yang datang tiba-tiba. Tapi hadiah dari sebuah keikhlasan, doa, dan berserah. Saat hatimu mampu berkata dan berserah "Pada Allah (Tuhanmu)" itu bukan kelemahan tapi keimanan yang paling kuat. Jangan patah semangat di depan ada banyak hari baik menunggumu.

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(10)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda. Periksa Sekarang
Ok, Go it!